CROSSBREEDING SYSTEM
Sebelumnya akan dipaparkan sedikit mengenai apa yang dimaksud dengan Crossbreeding. Crossbreeding adalah sebuah sistem perkawinan/ persilangan antar ternak yang berbeda bangsa. Seperti contohnya, persilangan antar bangsa sapi brahman dengan bangsa sapi angus, yang kemudian menghasilkan progeny/ keturunan bangsa sapi baru yakni Brangus. Keuntungan dari crossbreeding ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor serta Breed Complementary.
Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :
1. Sistem Terminal (Terminal System)
2. Sistem Rotasi (Rotational System)
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
4. Sistem Komposit (Composite System)
Berikut adalah penjelasan mengenai keempat sistem dari crossbreeding :
1. Sistem Terminal (Terminal System)
Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem terminal ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina pengganti (female replacements) diambil dari betina di luar kelompok. Betina yang dipilih sebagai induk yakni betina yang telah melewati seleksi sehingga didapatkan betina yang baik, tingkat produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan hal yang sangat penting (Anonim, 2009).
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem ini adalah memungkinkan untuk meningkatkan heterosis progeny sebesar 100% selain itu juga dapat meningkatkan breed complementary (Frahm, R).
Selain itu, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang pengembalaan (pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupun kualitas, karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok ternak sapi yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan juga berbeda dalam mengkonsumsi pakan/ hijauan (Frahm, R).
2. Sistem Rotasi (Rotational System)
Dalam sistem ini diperlukan 2 atau 3 bangsa ternak yang berbeda. Secara umum terdapat dua macam sistem rotasi, yakni sistem rotasi 2 bangsa (Two-Breed Rotational Breed) dan sistem rotasi 3 bangsa (Three-Breed Rotational Breed). Namun, sistem yang banyak digunakan adalah sistem rotasi dengan menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda. Sedikit pemaparan mengenai sistem rotasi 2 bangsa, yakni ♀ dari breed A disilangkan dengan ♂ breed B, dan ♀ breed B disilangkan dengan ♂ breed A. Dalam sistem ini, akan didapatkan peningkatan heterosis sebesar 66%. Pada keturunannya akan memiliki 2/3 gen dari bangsa induknya, sedangkan 1/3 gen berasal dari bangsa lain (Anonim, 2009).
Sedangkan untuk sistem rotasi dengan 3 bangsa, dalam 1 peternakan terdiri dari 3 bangsa ternak, yang dimana ♀ breed A digunakan sebagai female replacements untuk kemudian disilangkan dengan ♂ breed B. Ternak ♀ hasil persilangan tadi digunakan sebagai female replacements yang kemudian disilangkan dengan ♂ breed C. Ternak ♀ hasil persilangan ini kemudian digunakan sebagai female replacements yang kemudian akan disilangkan dengan ♂ breed A (Frahm, R).
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem rotasi 3 bangsa ini
adalah dapat meningkatkan heterosis atau hybrid vigor lebih tinggi 20% -
21% dibandingkan dengan sistem rotasi 2 bangsa, yakni sebesar 86% - 87%. Disamping itu kerugian yang diperoleh dalam sistem ini adalah kesulitan dalam pemeliharaan bila dibandingkan dengan sistem rotasi dengan 2 bangsa,
mengingat bahwa dalam sistem ini menggunakan 3 bangsa ternak yang berbeda, sehingga juga dibutuhkan pasture yang dapat mencukupi maintenance (kebutuhan sehari-hari) dari ternak tersebut, serta pakan yang tersedia harus sesuai dengan A.I (animal unit) agar tidak terjadi overgrazing ( ∑ ternak > hijauan ) dan undergrazing (∑ ternak < hijauan) (Anonim, 2009).
Berikut adalah diagram sederhana yang dapat menggambarkan
bagaimana sistem kerja sistem rotasi tersebut :
Herd- A Herd- B

|

♀ ♂
x ♀
|

|
|
♂
♀ ♀ = female replacements
3. Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)
Sistem kombinasi ini merupakan sistem crossbreeding yang mengkombinasikan antara sistem rotasi (rotational system) dengan sistem terminal (terminal system). Dimana sistem rotasi berfungsi untuk menyediakan female replacements (♀) dengan jalan persilangan antara breed A dengan breed B (A*B Rot) sedangkan sistem terminal berfungsi untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dijual (marketed calf).
Sehingga secara sederhana dapat dirumuskan bahwa [T * (A*B)] (Nick, 2005).
Adapun keuntungan yang diperoleh dari sistem kombinasi ini adalah dimungkinkan dapat meningkatkan berat sapih sekitar 21%. Disamping itu, juga dapat meningkatkan heterosis yang berasal terminal cross. Dapat diasumsikan bahwa, kita akan mendapatkan 66% heterosis dari sistem rotasi (2 breed) dan 100% heterosis dari sistem terminal dan 50% dari total sapi di dalam Herd C ( kelompok C [T * (A*B)] ), ini dapat memungkinkan yakni kira-kira heterosis yang akan diperoleh adalah sebesar 83% (Frahm, R).
Sedangkan kerugian yang diperoleh dari sistem ini adalah setidaknya, minimal peternak memiliki 3 ladang pengembalaan (pasture), minimal terdiri dari 100 sapi/kelompok, diperlukan kedisiplinan serta ketelitian dala mengidentifikasi sapi menurut tahun kelahirannya sebagaimana bangsa induknya (Nick, 2005).
4. Sistem Komposit (Composite System)
Composite berarti keturunan baru. Yakni dimana crossbreeding digunakan untuk membentuk keturunan baru/ komposit. Setelah keturunan
tersebut terbentuk maka akan dibentuk sebuah kawasan atau kelompok untuk breed baru tersebut (Anonim, 2009).
Keuntungan dari keturunan komposit mencangkup kemudahan
manajemen, konsistensi heterosis yang tinggi dan seringkali bahwa keturunan baru ini dapat berkembang biak dalam suatu lingkungan yang ideal untuk dikembangkan secara khusus (Anonim, 2009).
Berikut adalah tabel mengenai composite breeds :
Tabel 1. Composite Crossbreeding System
Mating Type
|
% of Cow
Herd
|
% of the Marketed
Calves Produced
|
% of Maximum
Possible Heterosis
|
Minimum # of
Breeding Pastures
|
Composite breeds
| ||||
-. 2 breed
-. 3 breed
-. 4 breed
|
100
|
100
|
50
|
1
|
100
|
100
|
63
|
1
| |
100
|
100
|
75
|
1
| |
Sumber : Nick. American Shorthorn Association. Crossbreeding
System for Beef Cattle. 2005.
