Minggu, 06 Mei 2012

Reproduksi ( Kebuntingan )


K E B U N T I N G A N





ALIEF ASHAR
I 311 07 022








FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

PENDAHULUAN
            Masa kebuntingan umumnya berlangsung selama 283 hari, yaitu mulai dari saat fertilisasi sampai pada saat kelahiran. Proses fertilisasi terjadi, terdapat rongga yang ditinggalkan oleh sel telur pada ovarium,rongga tersebut kemudian berkembang menjadi suatu kelenjar endokrin yang disebut corpus luteum yang menhasilkan hormone yang bernama progesterone. Progesterone ini bertanggung jawab untuk mmpertahan kebuntingan. Sel telur yang telah dibuahi terapung-apung bebas sebelum melekat/menempel pada kira-kira umur 35 hari.
            Sewaktu kebuntingan melanjut, uterus mengalami perbesaran gradual yang memungkinkan ekspanso foretus,  hormon juga sangat berperan yaitu progestron dan estrogren ovarial dan gonatropin prolaktin yang disekresikan oleh adenohypopisa. Progestron penting dalam perkembnagan hidup blastocyst. Sumber utama dari progesteron terdapat pada corpus luteum.
            Ovum atau sel telur yang telah berkembang lalu mulai membentuk placenta (membran) yang menyelimuti fetus yang sedang bertumbuh dan melindunginya dalam suatu cairan yang disebut cairan amnion. Placenta itu menempel pada karantula uterus melalui kotiledon pada palcenta. Ini memungkinkan terjadinya pertukaran nutrient (hara) antara induk dan fetus yang sedang bertumbuh. Fungsi promer dari sistem ini adalah sebagai saran pelintasan bagi nutrient dan oksigen menuju ke fetus serat perlintasan bagi produk buangan yang harus dikeluarkan.
           

TAHAP KEBUNTINGAN
kebuntingan dimulai dari perkembangan fetus, perubahan ukuran tubuh sel telur yang tlah dinbuahi dalam perkembangan nya menjadi be,mbri, fetus dan anak sampai dewaasa adalah adalam jumlah ukuran sel. Setia individu fetus dimulai dengan sel tunggal pada waktu  pembuahan dan membelah sebanyak 42 kali sampai lahir dan 5 kali lagi lahir setelah dewasa. Pernapasan fetus, plasenta mrerupakan organ yang melaksanakan pertukaran gas dan pengekluaran hasil pembangan. Sistem endokrin fetus, menjelang sperempat masa kebuntingan pada ternak kelenjar endokrin fetus menghasilkan hormon yang sama pada ternak dewas. Persiapan melahirkan, tanhap ini pemsahan plasenta akan seketika memutus suplai oksigen dan glukosa bagi anak. Agar anak lahir dapat hidup harus ada pendewasaan pari-paru. Ini melibatkan surfaktan  paru-paru dalam kosentrasi yang cukup supaya paru-pariu dapat dipertahankan dalam keadaan menngembung. Mekanisme semua itu pada bagian korteks foetus. Memulai kelahiran , foetus akan mengontol dari kelahiran, dimana pada saat ituhiotalamus akan menghasilakan FG2   menyebbakan koasentrasi miometrium, yan merangsang pelepasan oksitosin . urutamn  proses kelahiran berakhir dengan luteolisis  (penghancuran CL).

Lama Kebuntingan
Lama kebuntingan ditentukan secara genetik walaupun dapat dimodifiser oleh faktor-faktor maternal, foetal dan lingkungan :
a.  Faktor maternal. Umur induk mempengaruhi lama kebuntingan pada berbagai jenis hewan. Suatu perpenjangan selama 2 hari dari lama kebuntingan normal terjadi pada domba berumur 8  tahun. Sapi dara yang bunting pada umur relatif muda akan  mempunyai masa kebuntingan yang lebih pendek daripada induk sapi yang lebih tua.
b.  Faktor foetal. Suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” banyak di laporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi.
c.   Faktor  genetik, perbedaan kecil mengenai lama kebuntingan yang terdapat dalam bangsa-bangsa ternak dapat disebabkan oleh pengaruh genetik, musim dan lokalitas.
d. Lingkungan fisik, perpanjangan masa kebuntingan kuda sesudah perkawinan dimusim dingin disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim  tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Palpasi Rektal
            Prinsip palpasi rectal adalah memasukkan tangan dan lengan kedalam rectum seekor sapi betina dan dari dinding rectum itu merasakan adanya tanda-tanda adanya kebuntingan. Deteksi rectal ini dapat dikerjakan pada umur kebuntingan 60 hari bagi kebanyakan peternak, sedangkan para ahli yang berpengalaman dapat melakukannya pada tahapan yang lebih awal.
            Pertanyaan yang paling sering timbul dalam melakukan palpasi rectal adalah : “apakah yang ada rasakan?”, ada beberapa tanda tertentu yang dapat membantu para palpator guna membantu evaluasi yang benar aka nada tidaknya kebuntingan atau tahapan dari suatu kebuntingan tertentu. Persis didepan peviks akan dapat dipegang cerviks. Bagi mereka yang belum berpengalaman, hal ini dapat dibantu dengan membanyangkan cerviks sebagai suatu yang mendekati ukuran dan rabaan seperti leher suatu botol soda.
            Dari serviks terus ke tanduk uterus yang mengembang. Ini biasanya terletak pada bagian kanan, apakah tanduk uterus itu berisi embrio itu yang kana atau yang kiri. Hal ini disebabkan oleh karna rumen sapi menempati sebagian terbesar daerah  sebelah kiri. Seperti telah dikemukakan fetus yang sedang berkembang itu terapung-apung di dalam cairan amnion; oleh karena itu waktu meraba jangan mengharapkan langsung dapat merasakan adanya bentuk seekor anak sapi, tetapi hanyalah sesuatu yang terapung di dalam suatu membrane pelindung. Dengan banyak latihan seseorang dapat merasakan hal itu pada umur kebuntingan 60 hari, dan denga  semakin bertambahnya umur kebuntingan dan berkembangannya fetus, pekerjaan palpasi itu semakin mudah.
Kelahiran
            Tanda-tanda menjelang kelahiran dimulai dengan berkembangya ambing. Ini dapat terjadi sewaktu masih 6 minggu sebelum kelahiran. Tanda yang nampak dalam waktu seminggu sebelumnya adalah adanya pembengkakan vulva dan warnanya yang menjadi merah, serta relaksasi pelvis. Tanda-tanda yang semakin mendekat yaitu saat menjelang kelahiran adalah membesarnya putting dan keluarnya cairan mokus dari vulva. Sapi betina pada tahapan ini dapat menunjukkna tetesan air susu dari putting. Hormon yang bernama relaksing menyebabkan timbulnya relaksasi pelvis dan hormone-hormon estrogen menyebabjan terbukanya saluran reproduksi sehingga fetus dapat lewat. Estrogen juga menyebabkan timbulnya tenaga untuk kontraksi uterus yang membantu proses kelahiran. Dalam pada itu, hormone oksitosin yang berasal dari pituitary posterior dan plasenta bekerja secara sinergis dengan estrogen di dalam kotraksi tersebut. Sapi yang mengalami labor pain pada tahapan awal, akan memperlihatkan keadaan gelisah dan menjauhi kelompoknya. Dalam keadaan normal, kelahiran itu tidak memerlikan bantuanan sapi hendaknya dibiarkan sendiri, kecuali byata-vyata waktunya tertunda lama dan kondisinya semakin melemah.
Bebrikut beberapa metode penanganan kelahiran:    
1.      Mekanidsme inisiasi kelahiran
v  Mekanisme simulasi mekanik, pengembangan uterus karena foetus yangf makinbesar menyebabkan peninggian sensitifitas otot-otot uterus terhadap edstrogen dan oxitosin
v  Mekanisme imunologik, walau beberapa keompok dari sel foetal dalam mangkok endometrium pada kuda ditolak oleh jaringan induk, namun induk cukup terisoler secara imunologik dari foetus.
v  Mekanisme hormonal, peningkatan kadar hormon estrogen dan oxitosin atau penurunan kadar progesteron dalam induk . progesteron akan menurun sebelum partus
v  Meanisme pengontrolan foetal, poros hipotalanus dan hipopfisa anterior- adrenal dinyatakan menginduksi kelahiran . Kadar corticosteroid  sangat tiinngi pada permulaan proses kelahiran.
2.       Tingkatan Perejanan
Proses kelahiran normal dibagi atas 4 yaitu :
1.      Stadium pertama, stadium persiapan ditandai dengan kontraksi oleh crvix dan kontraksi otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan eskpulasi ditunjukan ke arah cerviks. Permulaan ini mengstimulasi timbulnya kontraksi, memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke cervix yang mengendor,                 pada permulaan kontraksio ini berlangsung kurangf lebih 15 menit dan bertahan 20 detik dan makin lama makin bertambah daalam frekuensi. Pada akhir stadium persipan cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu saluran. Foetus dan chorioalatois dipaksa masuk ke pintu dalam pelpis yang menyebabkan cairan allantois mengalir ke vulva.
2.      Stadium ke dua, satium pengeluaran foetus,  annion berkemabang bersama kepala  dan bagian kaki depan di dorong masuk ke pintu dalam pelvis. Keadan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari diagfragma dan otot perut. Kaki amnion terlihat di fulva. Perjalanan foetus ke luar mrelalui cervix ke dalam vagina bersama pecahnya kantong amnion menimbulkan kontraksoi refleks yang mendorong foetus keluar melalui saluran kelahiran.
3.      Stadium ketiga, stadium pengeluaran placentaek , ekspulasi membran foetus adalah proses aktif dengan kontraksi uteus, kontraksi perisytaltik yang berasal dari apex uteri yang inversi chorional dari crypta carunculae dapat menyebabkan pengeluaran banyak darah dari villi dan carunculae maternal olreh kontraksi uterus  yang kuat yanfg terjadi selama pengeluaran foetus.
4.      Stadium ke empat, stadoum inovulasi uterus, sesudah pengeluaran fotus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal. Proses ini disebut inovulasi uteri adan secara logikdianngap proses kelahiran. Untuk beberapa mingiu setelah fartus 3 sampai 4 hari berikurtnya kontraksi uterus berkurang secara granual
Posisi kelahiran normal adalah kaki depan keluar pertamadengan kepalaterlihat kira-kira setengah jam atau dua kakio terlihat kira-kira setengah jam atau dua kaki belakang  atau satu kaki depan dan hidung terlihat.
Menyusui
            Mamalia atau hewan menyusui dikenal karena  terdapatnya kelenjar mammae atau kelenjar susu pada jantan ataupun betina walaupun yang berfungsi hanya pada hewan betina. Kelenjar mammae adalah  modifikasi kelenjar susu untuk makanan anak. Pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu mengeluarkan kolostrum yang kaya akan bahan-bahan antibody  yang  melindungi anak terhadap  penyakit untuk  beberapa minggu sesudah lahir.
Pengeluaran Air Susu. 
Mekanisme keluarnya air susu terdiri dari beberapa gelembung- gelembung  (alveoli) air susu . dinding alveoli terdiri dari selapis sel epitel yang disebut sel myoepitel. Sel i i membentuk air susu dari zat vyang berasal dari darah, kemudian mengsekresikan ke lumen alveoli. Dari lumen alveoli kemudian dialirkana masuk ke dalkam siterna melalui ductus alveolus ke lobus kemudian ke lobulus dan akhirnya ke siterna ambing. Ductus halus kemudian dari alveoli bertemu dan menjadi ductus yang lebih besar. Sintesaa ambing adalah suatu ruangan yang terdapat di bagian bawah kuartil-kuawartil dan kemudian masuk ke dalam siterna puting. Lubang puting susu memiliki otot –otot sirkuler dalam dindingnya. Akibat rangsangan ini syaraf atau karena tekanan air susu dlam ambing, maka otot mengendur sehinnhga aiir susu keluar.
Pada penurunan air susu sistem dan endokrin keduanya terlibat. Impuls-impuls syaraf yang berasal dari berbagai rangsangan dibawah pengaruh syaraf afferen langsung ke hypotalamus . pada gilirannya hypotalamus melaui syaraf neurohypopisa , menyebabkan pelepasan oxitocin dan vassopresing. Ke dua hormon ini di angkut dari kelenjar mmae melalui darah dan menyebbakan kontraksi sel-sel myoepitel. Kontraksi ini meninngikan tekanan inframmammae, mendorong air susu dari lumina alveoli dan saluran-saluran terminal dan mempersiapkan air susu tersebut untuk anak.
Hormonal Pada Saat Laktasi
            Laktasi dapat ditimbulkan pada mamalia, termasuk sapi dara, dengan penyuntikan ekstrak hypophysa atau dengan preparat LTH. Hewan yang diadrenalectomi selama kebuntingan dapat menghasilkan anak yang normal, tetapi jarang dapat berlaktasi  secara cukup untuk membesarkan anak-anak tersebut. Kegagalan berlaktasi secara cukup tidak disebabkan oleh efisiensi LTH karena adrenalectomi tidak menghambat  peninggian kadar LTH hypophysa sesudah partus.
            Thyroidectomi  selama kebuntingan tidak menghambat initiasi laktasi sesudah partus. Akan tetapi thyro-parathyidectomi pada kambing bunting menyebabkan kegagalan laktasi secara sempurna. Insulin juga perlu untuk initiasi  laktasi.
            Penyuntikan atau implantasi pellet estrogen, estrogen dan  testosteron propionat, atau  estrogen dan progesteron dapat menggertak pertumbuhan jaringan  sekretoris mammae dan initiasi laktasi. Laktasi dapat ditimbulkan pada sapi dara bunting dengan pemberian 9-fluoroprednisolon. Jumlah air susu yang disekresikan bervariasi dari sedikit sampai mencapai jumlah yang sama seperti pada sekresi normal sesudah partus
            Pada anak sapi dan domba estrogen sendiri merangsang pertumbuhan lobuli-alveoler tetapi untuk mencapai pertumbuhan yang sama dengan yang terjadi sewaktu kebuntingan estrogen dan progesteron harus disuntikan serentak dalam perbandingan yang khas bagi tiap jenis hewan. Pertumbuhan alveoli-alveolur dapat ditimbulkan pada kambing yang diovariectomi dan hypophysektomi dengan penyuntikan prolaktin, hormon somatotropik, dan adrenocosticotropin bersamaan dengan estrogen dan progesteron. Adrenolectomi tidak dapat menghambat peninngian kadar LTH hyfopisa ssudah partus. T terdiri dari beberapa hyroidectomi menghambat selama kebuntingan .

KESIMPULAN

-          Pada tahap kebuntingan dimulai dari perkembangan fetus, perubahan ukuran tubuh sel telur yang tlah dinbuahi dalam perkembangan nya menjadi be,mbri, fetus dan anak sampai dewaasa adalah adalam jumlah ukuran sel.
-          Proses kelahiran normal dibagi atas 4 yaitu : Stadium pertama, stadium persiapan ditandai dengan kontraksi oleh crvix dan kontraksi otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Stadium ke dua, satium pengeluaran foetus,  annion berkemabang bersama kepala  dan bagian kaki depan di dorong masuk ke pintu dalam pelvis. Stadium ketiga, stadium pengeluaran placentaek , ekspulasi membran foetus adalah proses aktif dengan kontraksi uteus, Stadium ke empat, stadoum inovulasi uterus, sesudah pengeluaran fotus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar