K E L A H I R A N II
ALIEF ASHAR
I 311 07 022
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Pendahuluan
Keberhasilan
usaha pembibitan sapi potong salah
satunya ditentukan oleh
keberhasilan reproduksi. Apabila
pengelolaan reproduksi
ternak dilakukan dengan
tepat maka akan menghasilkan kinerja reproduksi yang
baik yaitu peningkatan angka kebuntingan
dan jumlah kelahiran pedet.
Akan tetapi, masalah
yang masih sering dijumpai
pada usaha peternakan rakyat hingga saat ini adalah
kinerja reproduksi yang masih rendah
ditandai dengan masih terjadi kawin
berulang (S/C > 2) dan rendahnya angka kebuntingan (CR
< 70%).
Hal tersebut menyebabkan jarak beranak pada induk
menjadi panjang (CI >16 bulan)
serta berdampak terhadap
rendahnya perkembangan populasi sapi dan pendapatan petani dari
usahaternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja reproduksi ternak
diperlukan manajemen reproduksi yang tepat antara lain
o
pengamatan birahi dan
waktu kawin,
o
pola perkawinan yang tepat,
o
deteksi kebuntingan,
dan
o
penanganan kelahiran.
Melalui usaha tersebut diharapkan jumlah kelahiran
pedet dan jumlah induk yang berkualitas
meningkat yang akhirnya berdampak
pada meningkatnya pendapatan
petani dari usaha
pembibitan sapi potong.
Pengamatan
Birahi & Waktu Kawin
Pengamatan birahi
dilakukan pada setiap ekor
induk sapi. Pengamatan
dapat dilakukan setiap hari pada
waktu pagi dan sore hari dengan melihat
gejala birahi secara
langsung. Gejala atau tanda-tanda
sapi betina birahi adalah:
1. gelisah dan
terlihat sangat tidak
tenang,
2. sering
melenguh-lenguh,
3. mencoba
menaiki sapi lain dan akan tetap diam apabila dinaiki sapi lain,
4. pangkal ekornya
terangkat sedikit dan keluar
lendir jernih transparan
yang mengalir melalui vagina dan
vulva,
5. vulva
membengkak dan berwarna kemerah-merahan, dan
6. sapi
menjadi diam dan nafsu makan berkurang.
Birahi
berlangsung sekitar 18 jam dengan
siklus rata-rata 21
hari. Pengamatan birahi merupakan faktor yang paling penting ,
karena jika gejala birahi
telah terlihat maka
waktu
perkawinan yang tepat dapat
ditentukan. Waktu yang paling tepat
untuk mengawinkan ternak
adalah sembilan
jam sejak ternak
menujukan tanda birahi.
Pola
Perkawinan
Perkawinan pada
sapi potong dapat dilakukan secara
alami maupun kawin
suntik atau inseminasi buatan (IB). Perkawinan alami merupakan perkawinan
dengan cara mempertemukan pejantan
dan induk secara langsung. Pola
perkawinan secara alami
ini memiliki empat manajemen perkawinan,
yaitu:
ü perkawinan model
kandang individu,
ü perkawinan
model kandang kelompok/umbaran,
ü perkawinan model ranch/paddock, dan
ü perkawinan
model padang penggembalaan.
Perkawinan melalui
kawin suntik atau inseminasi buatan
(IB) dilakukan dengan
cara memasukkan sperma atau
semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam saluran
alat kelamin betina
dengan metode dan alat
khusus. Teknik IB
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan semen beku
(frozen semen) dan semen cair (chilled semen).
Perkawinan dengan
cara IB memiliki beberapa keuntungan
diantaranya yaitu:
v menghindari
penularan penyakit dari jantan ke
betina,
v sperma yang
berasal dari pejantan dapat melayani
banyak betina karena
dapat diencerkan beberapa kali
lipat,
v mempermudah
upaya persilangan antar
ras,
v mempercepat
penyebaran bibit unggul,
v pejantan
yang tidak mampu mengawini dapat
diambil spermanya, dan
v memudahkan perkawinan
ternak yang bertubuh kecil.
Deteksi
Kebuntingan
Tanda-tanda
umum terjadinya kebuntingan pada
ternak adalah berahi
berikutnya tidak
timbul lagi, ternak lebih tenang,
tidak suka dekat dengan pejantan, dan
nafsu makan agak meningkat. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan perkawinan
perlu dilakukan pengamatan birahi
lagi pada induk
setelah 21 hari atau hari ke
18-23 dari perkawinan atau IB. Siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan telah
bunting.
Deteksi kebuntingan
dapat dilakukan dengan cara
palpasi rektal setelah 60 hari sejak dikawinkan
untuk meyakinkan bahwa
ternak benar-benar bunting. Pemeriksaan palpasi rektal dilakukan oleh
Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKB) yang
ditunjuk Dinas setempat.
Kelahiran
Kebuntingan pada
sapi terjadi selama 275-285 hari dengan rata-rata 280 hari. Induk yang akan melahirkan
menunjukkan tanda-tanda seperti:
vulva membengkak dan warna kemerahan,
pinggul terasa lebih
lentur , puting mulai membengkak dan
sedikit meneteskan air susu, dan vulva akan mengeluarkan lendir saat
mendekati kelahiran.
Beberapa persiapan
yang perlu dilakukan apabila sapi memperlihatkan
gejala-gejala akan melahirkan adalah: a) pembersihan kandang untuk memudahkan
pergerakan induk sebelum atau pada
saat proses melahirkan,
b) lantai kandang diberi alas,
berupa jerami padi kering sebagai alas
agar cairan yang
keluar selama proses kelahiran
dapat terserap dengan cepat, dan
c) sediakan obat- obatan
untuk mengantisipasi keadaan yang
darurat. Secara umum proses
kelahiran akan terjadi maksimal 8 jam,
apabila melebihi waktu
tersebut pedet belum juga
keluar maka sebaiknya
segera laporkan kepada Petugas
Peternakan setempat.
Masa
birahi
- Ternak dikawinkan jika betina
tengah mengalami gejala estrus atau birahi.
- Siklus estrus pada ternak
kambing betina terjadi setiap 18 – 21 hari sekali.
- Masa birahi untuk kambing
betina berlangsung selama 24 – 48 jam.
Perkawinan
pertama
Pada
perkawinan ternak terutama betina yang baru pertama kali akan dikawinkan
sebaiknya dilakukan secara alami dan dilakukan setahap-demi setahap. Penggunaan
IB dan pelaksanaan perkawinan alami secara paksa pada perkawinan pertama dapat
mengakibatkan pengaruh buruk pada betina dalam jangka waktu yang lama.
Pengaturan perkawinan
Perkawinan pada ternak betina dapat
dilakukan setiap 8 bulan sekali terhitung sejak kelahiran pertama hingga
kelahiran berikutnya dengan perhitungan 5 bulan umur kebuntingan, dan 3 bulan
kondisi istirahat uterus dan waktu kembalinya estrus, dengan catatan tidak ada
hambatan dalam proses perkawinan.
2.
Perkawinan Buatan (Artificial Insemination)
Pengertian
perkawinan buatan
- Perkawinan buatan merupakan
perkawinan antara pejantan dan betina melalui perantara suatu alat dengan
cara tertentu. Proses pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina
tidak secara langsung melainkan melalui bantuan manusia dengan menggunakan
alat.
- Prinsip perkawinan buatan ini
secara sederhana terbagi 3 tahap yaitu : a). Penampungan semen pejantan
melalui alat penampung semen yang bentuknya disesuaikan dengan alat
kelamin betina, dan b). Penanganan semen sebelum digunakan pada ternak
betina, dan c). Pemasukan/penembakan semen ke dalam saluran reproduksi
betina yang juga menggunakan alat bantu khusus.
Tujuan dan
manfaat Inseminasi Buatan (IB)
- Perkawinan buatan bertujuan
untuk memudahkan pelaksanaan perkawinan ternak dan mendapatkan berbagai
keuntungan atau manfaat, diantaranya adalah :
- Penularan penyakit kelamin
dapat dihindarkan
- Memaksimalkan penggunaan sperma
sehingga penggunaan terhadap betina dapat jauh lebih banyak lagi.
- Persilangan antar ras dapat
dilakukan dengan mudah
- Penyebaran bibit unggul dapat
berlangsung lebih cepat
- Bagi kambing pejantan, yang
karena suatu sebab tidak dapat mengawini, masih dapat diambil spermanya.
- Kambing yang bertubuh kecil
dapat dikawinkan dengan mudah.
Peralatan dan istilah IB
- Penampungan semen, dapat
melalui berbagai cara diantaranya : a). Metode Vagina Buatan, yaitu suatu
alat yang berfungsi untuk menampung semen pejantan sekaligus menyerupai
vagina betina baik bentuk, kelembutan, maupun suhunya sehingga pejantan
dapat melakukan ejakulasi (penetrasi) seperti biasa. Alat ini berbentuk
tabung dengan diameter 5 cm dan memiliki selongsong karet bagian dalam
berukuran 23-29 cm. Sebelumnya pejantan harus dipancing dengan betina
untuk melakukan ejakulasi, dan pada saat ejakulasi terjadi, petugas dengan
sigap menggantinya dengan vagina buatan. b). Metode elektro ejakulator,
yakni dengan menggunakan suatu alat bernama elektro ejakulator yang
terdiri dari sebuah transformator dan dihubungkan dengan suatu batang yang
disebut rectalprobe. Transformator berfungsi untuk mengubah tenaga listrik
yang berkekuatan 110 volt, 60 cycle menjadi 30 volt. Rectalprobe ini
terdiri dari sebatang karet padat yang berdiameter sekitar 2,5 cm. Cara
kerja elektro ejakulator ini yaitu memasangkannya pada rectum pejantan dan
arus yang terjadi pada alat ini merangsang timbulnya ejakulasi. Metode ini
tidak perlu menggunakan dummy (ternak sebagai pancingan) dan sperma yang
keluar akan langsung masuk kedalam alat tersebut.
- Penanganan semen, dilakukan
dengan beberapa tahap : a). Seleksi dan pemeriksaan laboratorium dengan
menguji kualitas sperma, b). Pengenceran sperma, dengan menambahkan
bahan-bahan seperti susu skim non fat, kuning telur, aquabidest,
antibiotika dan glycerol. Bahan-bahan tersebut selain berfungsi sebagai
pelindung sperma selama proses pengawetan hingga penggunaan juga berfungsi
sebagai makanan. c). Filling & sealing, yakni pemasukkan dan penutupan
semen pada straw (kemasan yang berbentuk sedotan untuk minum). Proses ini
terjadi melalui mesin didalam cold top dengan suhu yang sesuai bagi
keberlangsungan semen. d). Freezing atau pembekuan semen dengan cara
diletakkan di permukaan nitrogen cair dalam container khusus dan setelah
itu diawetkan dengan jalan dimasukkan ke dalam nitrogen cair hingga
saatnya diinseminasikan.
- Pelaksanaan Inseminasi, adalah
suatu cara memasukkan semen dalam straw yang telah dibekukan tersebut ke
dalam saluran reproduksi betina (pada cervix). Straw yang berisi semen
terlebih dahulu diencerkan kembali dengan cara dicelupkan pada air hangat
lalu kemudian salah satu ujungnya dipotong dan isinya dimasukkan ke dalam
pipet inseminasi. Peralatan inseminasi ini terdiri dari : a). Spekulum,
terbuat dari pipa gelas pyrex berukuran panjang 18 cm dan diameter 2 cm.
b). Pipet inseminasi yang terbuat dari gelas berukuran 1 ml dan berskala
yang disambung dengan selang karet. c). Spuit yang disambungkan dengan
pipet inseminasi. Pertama-tama spekulum dilicinkan dengan tragacanth, lalu
dimasukan secara hati-hati kedalam vagina. Setelah itu pipet inseminasi
yang telah diisi semen dimasukkan kedalam spekulum dan diarahkan pada
cervix kemudian disemprotkan.
Sex
ratio
- Pada perkawinan alami, seekor
pejantan mampu membuahi 100 ekor betina dalam 1 tahun, akan tetapi dalam
kondisi yang sama, pejantan yang sama yang dikawinkan dengan cara
inseminasi buatan mampu membuahi 10.000 ekor betina dalam waktu yang sama.
Hal ini dikarenakan metoda inseminasi buatan ini mampu meminimalisir
penggunaan sperma, atau meningkatkan efisiensi penggunaan sperma sehingga
dapat membuahi betina dalam jumlah yang lebih banyak. Setiap kali
penampungan dilakukan, semen dapat mencapai 1 – 2 ml dengan konsentrasi
2.500 juta sel sperma per ml dan pada perkawinan buatan angka tersebut
seluruhnya dimanfaatkan dengan baik. Pada perkawinan alami, banyak sekali
semen yang terbuang percuma dalam setiap kali perkawinan karena berbagai
faktor.
Tanda birahi
- Tanda-tanda birahi pada kambing
betina adalah sebagai berikut :
- Tampak gelisah dan sering
mengeluarkan suara-suara
- Sering mengibas-ngibaskan ekor,
jika ekor dipegang akan diangkat ke atas
- Nafsu makan berkurang ; bila
kambing digembalakan sebentar-sebentar akan berhenti merumput
- Vulva nampak membengkak
berwarna merah
- Dari vagina keluar cairan
berwarna putih agak pekat
- Bagi kambing perah, produksi
air susu menurun
- Bagi kambing betina yang
dipelihara dalam kandang sering tidak menunjukkan gejala di atas. Keadaan
demikian disebut birahi tenang.
Cara pemeriksaan
- Setelah ternak dikawinkan, maka
beberapa waktu kemudian harus diperiksa apakah proses pembuahan tersebut
dinyatakan berhasil atau malah sebaliknya.
- Pada bulan pertama kebuntingan
sangat sulit diketahui secara visual. Tanda-tanda yang mudah diketahui
adalah tidak terjadinya estrus berikutnya, tapi hal itu pun tidak mutlak
karena ada hal-hal pathologis pada uterus atau ovarium yang dapat
meniadakan sama sekali gejala birahi.
- Pada umumnya kambing yang
mengalami kebuntingan akan memperlihatkan gejala-gejala seperti :
- Kambing menjadi lebih tenang
- Dalam kelanjutan kebuntingan
terlihat adanya pertambahan besar pada dinding perut
- Bagi kambing yang baru pertama
kali mengalami kebuntingan akan terlihat sangat mencolok adanya
perkembangan ambing pada usia kebuntingan 2 – 3 bulan
- Adanya kecenderungan kenaikan
berat tubuh
- Adakalanya pada usia
kebuntingan, gerak foetus dapat terlihat dari luar, terutama pada kambing
yang kurus. Gerakan ini dapat dilihat pada bagian perut sebelah bawah,
sisi kanan belakang.
3.
Penanganan Kemajiran
Definisi majir
- Kemajiran adalah suatu keadaan
yang ditandai proses reproduksi yang tidak berjalan secara normal
disebabkan oleh satu atau banyak faktor, terjadi baik pada ternak jantan
maupun betina.
- Setiap ada gangguan reproduksi
dapat menyebabkan kemajiran. Derajat kemajiran pada ternak tergantung pada
banyaknya faktor pengganggu, makin banyak faktor gangguan reproduksi maka
makin berat kemajiran yang terjadi.
- Kemajiran yang derajatnya
ringan disebut infertilitas, yaitu kemajiran yang sifatnya sementara dan
masih dapat diobati.
Macam-macam sebab majir
- Terdapat beberapa penyebab
terjadinya kemajiran yakni faktor genetik dan faktor lingkungan.
- Faktor genetik berhubungan
dengan sifat turunan yang disebabkan oleh perbedaan kode genetik dalam
ternak, misalnya seekor kambing yang lahir dengan kelainan alat reproduksi
sehingga agak sulit untuk melahirkan. Sifat yang berupa kelainan alat
reproduksi tersebut diturunkan kepada anaknya sehingga beberapa diantaranya
timbul masalah yang sama.
- Faktor lingkungan berhubungan
dengan semua hal di luar faktor genetik seperti nutrisi, suhu, penyakit,
cara perkawinan yang dilakukan dan manajemen tatalaksana secara
keseluruhan. Semua faktor tersebut dapat mengakibatkan kegagalan
reproduksi.
Ciri-ciri kemajiran
Ternak
disebut mengalami kemajiran bila mengalami gangguan pada sistem reproduksi,
atau memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Ternak tidak dapat menghasilkan
keturunan
- Ternak melahirkan dalam usia
kandungan tidak normal sehingga kondisi anak mati/kurang sehat
- Terjadinya hambatan pada
perkembangan embrio
- Terjadinya kematian embrio
(foetus abortus)
- Terjadinya penimbunan nanah
pada uterus (pyometra)
- Siklus berahi tidak
normal/tidak terkendali
- Posisi anak saat dilahirkan dalam
kondisi tidak normal
- Bentuk anak yang abnormal
- Induk melahirkan dengan tingkat
kesulitan yang diluar kewajaran
Penanganan kemajiran
- Apabila ternak mengalami
kemajiran dapat dilakukan upaya yang bersifat preventif dan
pengabatan/penanganan secara langsung yakni :
- Bagi ternak yang diketahui
mandul atau steril atau memiliki kelainan organ reproduksinya secara
permanen sehingga menghambat kelahiran, maka dipisahkan dari kelompok,
dengan demikian hanya pejantan dan betina subur dan normal yang
melanjutkan perkawinan. Sedangkan bagi ternak yang infertil, mengalami
gangguan reproduksi yang sifatnya tidak permanen dan masih dapat
disembuhkan maka dilakukan isolasi hingga gangguan tersebut hilang/sembuh.
Perkawinan antar ternak yang memiliki sifat genetik yang baik bagi
reproduksi dapat menurunkan keturunan yang memiliki sifat yang baik pula
sehingga dapat memperbaiki keturunan.
- Untuk mengefektifkan
keberhasilan perkawinan sebaiknya lakukan perkawinan buatan (IB). IB juga
dapat mengatasi permasalahan pejantan yang memiliki sperma baik, tetapi
karena suatu hal tidak dapat dikawinkan secara langsung. Dengan
pemeriksaan kesehatan yang ketat terhadap pejantan yang akan ditampung
semennya, maka kemungkinan penyebaran penyakit pada betina semakin sedikit
dibanding perkawinan alami tradisional.
- Guna pencegahan penyakit,
upayakan sanitasi kandang dan ternak serta program vaksinasi yang berkala.
Lakukan pemeriksaan rutin dengan cara palpasi (perabaan), cek darah,
urine, dan diagnosa lainnya agar timbulnya suatu penyakit dapat lebih dini
diketahui dan mudah untuk dieliminasi.
- Perhatikan suhu dalam kandang,
jangan terlalu panas atau terlalu dingin karena akan mempengaruhi
metabolisme dan fisiologis ternak. Selain itu juga harus memperhatikan
ventilasi, arah angin, intensitas cahaya matahari, keleluasaan dalam
kandang (floor space) tidak terlalu sempit dan hal-hal berkaitan dengan
kandang lainnya.
- Bila ternak telah mengalami
suatu penyakit, maka isolasikan ke kandang khusus dan lakukan pengobatan
bagi penyakit yang dapat disembuhkan dan apabila tidak dapat maka ternak
harus dimusnahkan karena penyakitnya dapat menular. Penyebab kemajiran
disebabkan penyakit terutama oleh bakteri merupakan faktor yang sangat
sering terjadi.
- Perhatikan pemberian nutrisi
yang tepat, tidak kurang dan tak berlebih. Pemberian pakan harus sesuai
dengan kebutuhan ternak, apakah untuk hidup pokok, untuk pertumbuhan,
reproduksi ataukah untuk laktasi dsb. Khusus untuk kualitas semen
pejantan, maka berikan makanan tambahan yang mengandung banyak vitamin dan
sering digembalakan, dan lakukan perkawinan/pengambilan semen (IB) dalam
jarak waktu yang tidak berdekatan. Pemeriksaan kualitas semen ini dapat
diperiksa secara teliti di laboratorium dengan menggunakan mikroskop.
- Perhatikan umur pejantan dan
betina, apakah telah memiliki syarat untuk dilakukan perkawinan karena
apabila belum terjadinya dewasa kelamin dan dewasa tubuh maka besar
kemungkinan akan mengalami kegagalan reproduksi. Interval perkawinan juga
merupakan hal yang penting karena terdapat suatu kondisi dimana walaupun
fungsi organ reproduksi telah terbentuk namun karena sering digunakan
dalam waktu yang berdekatan maka fisik organ tersebut belum siap
digunakan, dan harus diistirahatkan terlebih dahulu.
- Saat terjadi kelahiran, amati
dan lakukan pertolongan apabila terdapat kondisi yang abnormal, seperti
posisi anak yang terbalik, plasenta yang menutupi pernafasan anak dan
tidak dijilati oleh induk, dan kesulitan melahirkan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar